Catatan PBM Kak Fauzan

Pagi itu, suasana kelas madrasah masih dipenuhi semangat anak-anak yang baru saja menyelesaikan doa bersama. Kak Fauzan, seorang guru yang dikenal tegas sekaligus hangat, memasuki ruang kelas dengan senyum yang khas. Beliau membawa beberapa lembar catatan kecil yang sudah dipersiapkan sejak malam sebelumnya. Catatan itu bukan sekadar rencana pembelajaran, melainkan refleksi mendalam tentang bagaimana proses belajar mengajar harus berjalan: penuh makna, bernuansa dialog, dan berorientasi pada pembentukan karakter.

Catatan PBM Kak Fauzan

Kak Fauzan memulai pelajaran dengan sebuah cerita singkat. Ia tidak langsung membuka buku teks, melainkan mengajak siswa merenung tentang pengalaman sehari-hari. “Pernahkah kalian merasa bingung ketika harus memilih antara berkata jujur atau menutupi kesalahan?” tanyanya. Pertanyaan itu sederhana, namun mampu memantik rasa ingin tahu sekaligus membuka ruang diskusi. Anak-anak pun mulai mengangkat tangan, berbagi pengalaman kecil mereka. Dari sinilah Kak Fauzan menekankan bahwa pembelajaran bukan hanya soal menghafal materi, tetapi juga melatih keberanian moral.

Setelah suasana kelas cair, Kak Fauzan mengarahkan perhatian pada inti materi hari itu. Ia menuliskan beberapa kata kunci di papan tulis, lalu mengajak siswa untuk menebak makna dan keterkaitannya dengan kehidupan nyata. Metode ini membuat siswa aktif, tidak sekadar menerima informasi, melainkan ikut membangun pengetahuan bersama. Kak Fauzan percaya bahwa belajar adalah proses kolaboratif: guru bukan satu-satunya sumber kebenaran, melainkan fasilitator yang menuntun siswa menemukan makna.

Dalam catatan PBM-nya, Kak Fauzan menekankan pentingnya variasi metode. Ia menggabungkan pendekatan ceramah singkat, diskusi kelompok, hingga simulasi kecil. Misalnya, ketika membahas tentang nilai kejujuran, ia meminta siswa berpasangan dan memainkan peran: satu sebagai teman yang melakukan kesalahan, satu lagi sebagai sahabat yang harus menasihati. Dari simulasi itu, siswa belajar bukan hanya teori, tetapi juga keterampilan sosial dan empati. Kak Fauzan selalu menulis dalam catatannya bahwa pembelajaran harus menyentuh ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sekaligus.

Tidak lupa, ia juga mengintegrasikan teknologi sederhana. Sesekali, Kak Fauzan menayangkan video pendek atau gambar ilustrasi untuk memperkuat pemahaman. Baginya, media visual mampu menjembatani konsep abstrak agar lebih mudah dipahami. Namun, ia selalu mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat bantu, bukan tujuan utama. Yang terpenting adalah bagaimana siswa mampu menginternalisasi nilai dan pengetahuan ke dalam kehidupan mereka.

Di tengah proses belajar, Kak Fauzan sering berhenti sejenak untuk melakukan refleksi bersama. Ia bertanya, “Apa yang kalian rasakan sejauh ini? Apakah materi ini relevan dengan kehidupan kalian?” Pertanyaan reflektif ini membuat siswa merasa dihargai, sekaligus melatih mereka untuk berpikir kritis. Dalam catatan PBM-nya, Kak Fauzan menulis bahwa refleksi adalah jantung pembelajaran: tanpa refleksi, ilmu hanya berhenti sebagai hafalan, bukan menjadi kebijaksanaan.

Menjelang akhir pelajaran, Kak Fauzan memberikan tugas kecil yang bersifat aplikatif. Ia meminta siswa menuliskan pengalaman sehari-hari yang berkaitan dengan nilai yang dipelajari, lalu membagikannya di depan kelas. Tugas ini bukan sekadar latihan menulis, melainkan sarana untuk menumbuhkan keberanian berbicara dan kejujuran dalam mengungkapkan diri. Kak Fauzan percaya bahwa setiap anak memiliki cerita berharga, dan tugas guru adalah memberi ruang agar cerita itu bisa tumbuh menjadi inspirasi.

Ketika bel tanda akhir pelajaran berbunyi, Kak Fauzan menutup dengan doa singkat dan pesan motivasi. Ia selalu menekankan bahwa belajar bukan hanya untuk ujian, tetapi untuk kehidupan. Dalam catatan PBM-nya, ia menulis bahwa tujuan akhir pendidikan adalah membentuk generasi madani: anak-anak yang tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan zaman dengan nilai-nilai luhur.

Sepulang dari kelas, Kak Fauzan kembali membuka catatan PBM-nya. Ia menuliskan refleksi tambahan: apa yang berhasil, apa yang perlu diperbaiki, dan bagaimana strategi esok hari bisa lebih baik. Baginya, catatan PBM bukan sekadar administrasi, melainkan cermin perjalanan seorang guru. Di sana tersimpan jejak dialog, semangat, dan harapan yang terus diperbarui.

Dengan cara ini, Kak Fauzan menjadikan proses belajar mengajar sebagai sebuah cerita yang hidup. Setiap pertemuan bukan hanya rutinitas, melainkan bagian dari perjalanan panjang membentuk manusia seutuhnya. Catatan PBM yang ia buat selalu bertransformasi menjadi narasi penuh makna, yang kelak bisa menjadi inspirasi bagi guru lain dan generasi siswa yang ia bimbing.

Lihat juga : 

Post a Comment

© Portal Ambis Indonesia. All rights reserved. Developed by Jago Desain